Sabtu, 08 Agustus 2009

be a mom, again

by ien bunda elang

Wahhh....gak terasa neh..setelah 7 tahun berlalu, saya hamil lagi..tapi to kali ini terasa sangat berat. Nggak seperti elang dulu, sekarang saya merasakan ngidam, mual, dan dunia seperti jungkir balik. Aneh ya?

Bukan ingin dimanja atau diperhatikan, tetapi semua yang saya rasa kian aneh. Apa-apa gak enak..huhuhuhuhuhuhu...but, kebahagiaan mengganti semua lara itu. Kita semua tahu, menjadi ibu bukanlah hal yang mudah. Berat, terkadang penuh dengan tantangan. Salut to all mom in the world.

So...
thanks mom...

Selasa, 26 Mei 2009

FB Haram??

by ien bunda elang

Dhuer...FB Haram? kalimat itu terus membayangi jari-jari saya setiap saya akan memulai browsing. Wedewww..mungkin itu kata-kata yang akan terlontar dari begitu banyak bibir mungil. Memang MUI belum mengeluarkan fatwanya, tapi "andai" sudah...lalu bagaimana selanjutnya?

FB sudah seperti candu bagi sebagian besar orang (mungkin termasuk saya). Saya sudah sedikit demi sedikit mengurangi keinginan untuk membuka FB. Namun, semua sebetulnya (menurut saya) tergantung dari user.

Apa pun barangnya atau pun medianya, semua tergantung pemakainya. Apalah yang tidak menjadi bermasalah jika pemakainya bermasalah. Heroin bukanlah barang haram jika dipakai dalam skup medis. FB menjadi haram kalau memang user menggunakannya untuk hal-hal berbau kemaksiatan ataupun hal yang dekat dengan itu. Namun jika tujuannya untuk menyambung silaturahmi bagaimana?

Jujur saya akui, saya banyak menemukan teman dan sahabat di masa lalu melalui FB. Bahkan reuni di dunia maya pun terjalin. Kami bisa bercerita tentang kehidupan kami dan anak-anak kami. Sejauh ini, FB amat membantu mendekatkan kami satu sama lain. Bahkan terkadang cenderung menjadi media untuk saling mengingatkan.
So, kalau FB haram, bagaimana dengan yang lain?

Setelah rokok, FB, lalu apa lagi??

Dunia makin kompleks, dan kehidupan memang makin jauh dari kehidupan tauladan kita, tetapi kita masih bisa tetap mendekat dan saling berpegangan tangan untuk menegakkan syariat. masih bisa..dengan media apapun. Itu masksud saya..***

Minggu, 24 Mei 2009

Demam Facebook

by ien bunda elang

Lama nggak update blog ini. Bukan lantaran gak pernah browsing, lebih karena adik ngenalin dengan facebook. Memang mudah dan praktis. Namun jadi timbul banyak masalah buat saya. Hmm..saya jadi malas menulis. Berjam-jam di depan laptop hanya untuk mencari teman di dunia maya. Memang, saya menemukan banyak teman di masa lalu dan silaturahmi terjalin lagi. Itu segi positifnya, tapi lama-lama, saya kehilangan imagi untuk menulis.

Sebandingkah dengan apa yang saya peroleh? Nggak juga. Dan saya perlahan akan mulai meninggalkan FB trus kembali menghidupkan blog ini. Semoga saya tahan dengan godaan FB, hehehee.

Gara-gara FB juga tiba-tiba saya menjadi orang yang pendiam dan terkadang merasa nggak membutuhkan orang lain. Pertemanan di dunia maya membuat saya (dan mungkin banyak orang di luar sana) merasa sudah cukup. Sehingga anti sosial pun lama-kelamaan terbangun. Gawattt...

Iya tho? bayangkan, tanpa bertemu kita bisa bercerita langung dengan teman maya kita. Bercerita tentang apa saja. Termasuk anak-anak dan keluarga. Dan ketika copy darat terjadi, sudah terasa hambar. Bahaya bukan?

Yah..mungkin saya menjadi agak konvensional, dan memilih kembali menjadi blogger. Karena di sini saya masih bisa menjadi diri saya sendiri, dan seluruh imagi saya terjaga rapi. KArena saya ingin tetap menulis dan menulis. Apapun medianya. Walau hanya sekedar menjadi blogger yang saya nikmati sendiri.

How about you, friend?****

Jumat, 01 Mei 2009

Pinang Meminang

by ien bunda elang

Dah lama nggak nulis di blog ini, bukan karena melupakan. Tapi demam Facebook ternyata juga menyatroniku. Seperti teman-teman politisi yang juga rajin menyatroni (hehehee...) teman yang lain. Saling jabat tangan di antara 2 kubu politik memiliki makna yang sangat mendalam.

Wah..gawat juga itu. Yang terlihat paling motil bulan ini adalah mantan penguasa Orba. Saya mengakui, karena saya sudah pernah berdialog dan duduk semeja dengannya. kharismanya masih nampak nyata. Cerdas dan bersemangat. Mengusung dan mengutamakan ekonomi kerakyatan cukup menjawab kebutuhan rakyat saat ini. Namun saya tetap pesimis. Biar bagaimana pun, kita harus bercermin ke masa lalu.

Dulu kita gemah ripah loh jinawi, tetapi ternyata itu hanya kamuflase saja. Semua penakit baru muncul setelah bertahun-tahun masa inkubasinya. sementara di kubu lain, saya melihat masih belum ada figur yang benar-benar menjawab keinginan rakyat untuk segera mengatasi kesulitan perekonomian.

Hmm..benak saya mulai mereka figur pemimpin yang saya butuhkan :
  1. Yang bisa menjadi Bapak negara dan bersifat negarawan sejati
  2. Bisa bersikap tegas (saya lebih setuju dengan pemimpin dari kalangan militer)
  3. Memiliki strategi "perang" ampuh, jitu dan cerdas
  4. simple, smile, semangat
maklum..kita harus sama-sama menyadari, bangsa ini terlalu sakit. Mungkin dalam kurun 5 tahun, pemimpin kita belum mampu mengatasi semua masalah. Karena itu menjadi faktor penentu. Strategi perang yang jitu! Yupp..kita harus menganggap kita tengah dalam situasi perang. Sehingga semua tindakan bersifat praktis tetapi bukan semaunya.

Hmmm..siapa ya calon pemimpin yang akan saya pilih...Prabowo, SBY, Megawati, Sri Sultan...atau..?????? hehehehe..liyer juga memilihnya.....***

Senin, 13 April 2009

Politik Air Mata

by ien bunda elang

Saya sama sekali tidak pernah menyangka, bahwa politik betul-betul tidak memihak kepada siapa pun. Politik tidak memiliki hati dan mata. HAri ini saya benar-benar terperangah. Ada berita TV memperlihatkan teman PPK meninggal saat rekapitulasi penghitungan suara. Duh Gusti....

Saat hari pencontrengan kemarin, justru rekan KPPS di TPS 9 Kelurahan Pangenrejo Purworejo meninggal dunia karena kelelahan. Saya tak dapat bersuara. Air mata mengalir tanpa saya sadari. Begitu besar pengorbanan mereka untuk bangsa ini. PAdahal kalau kita mau membuka mata, timbul pertanyaan besar, sebandingkah pengorbanan mereka dengan caleg-caleg terpilih?

Mungkin pengorbanan mereka tidak akan sia-sia kalau para wakil rakyat nanti mau mengemban amanat perjuangan. Bukan perasaan mencari pengembalian modal. Mungkin nyawa mereka akan menjadi harga yang pantas jika Indonesia bisa bangkit dan kembali bermartabat. Mungkin.
Namun saya tidak berani menjawab, walau hanya dalam hati. Karena saya ragu dengan kenyataan yang terjadi. Selamat jalan kawan... semoga Allah memberikan tempat yang layak di Surga-Nya.

Syok belum sembuh, saya kembali dikejutkan dengan akan dituntutnya teman PPK Kecamatan Bayan Purworejo. Wedew...ada apa lagi ini...iya, saya menyadari..setiap pekerjaan yang menyangkut hajat hidup orang banyak jelas harus dijalankan sesuai SOP. Sabar ya sahabat, saya tahu..kita tidak bermaksud untuk menyelewengkan aturan, tapi mungkin kita tengah apes.

Tanggung jawab besar berada di pundak setiap penyelenggara Pemilu. Dan itu tidak sebanding dengan honorarium yang diterima. Semestinya semua pihak cukup arif menangani masalah ini. Bukan mengedepankan emosi dan ambisi. Saya percaya, teman-teman di Bayan tidak bermaksud untuk melanggar aturan. Tapi kalau emosi dan ego yang bicara, hmmm...mungkin akan membuat saya dan teman-teman penyelenggara PEmilu di tingkat bawah menjadi patah arang.

Niat mengabdi pada negara, masa harus dibayar dengan denda atau pidana kurungan? Wallauhualam Bisawab.****

Selasa, 24 Maret 2009

Politik Perempuan dan Perempuan Berpolitik

by ien bunda elang

Udara terasa sedikit segar ketika wajah demokrasi mulai ditanami bunga-bunga harum, bahkan banyak pula yang baru mekar dari kuntumnya. Yupp..perempuan-perempuan mulai menampakkan keinginannya untuk mencoba panggung demokrasi.

PAnggung yang selama ini menjadi incaran kaum politisi. Hanya saja, saya merasa miris dengan kondisi saat ini. Dalih memenuhi kuota 30 persen untuk perempuan, membuat kaum saya bukannya terwakili tapi ternodai. Mengapa harus mengunakan kuota?
Apakah kami tidak layak bertarung secara terbuka dengan kaum laki-laki?
Ataukah panggung demokrasi terlalu keras buat kami?

Ada banyak pihak yang mengatakan, kuota itu bagus jika terealisasi. Namun buat saya, itu tiran dalam bentuk baru. Biarkan kami berkembang tanpa batas. Artinya, kami bisa berpolitik kalau kami mau. Bukan karena terpaksa berpolitik hanya sekedar memenuhi kuota.

Hmm...sedih sekali saya.

Menjadi caleg perempuan memang sebuah dilema, antara emansipasi dan tugas. Kita sudah setara kaum pria menurut saya. Lihat saja, kita sudah tak dibatasi untuk memasuki semua lini. Hak untuk mendapatkan pengajaran, pendidikan bahkan penghidupan yang layak sudah sejajar dengan kaum pria. Tapi mengapa harus saja ada kuota?

Selama ini, tanpa kita pungkiri..dan sudah bukan rahasia umum lagi bahwa perempuan menjadi komoditi politik. Ingatkah akan banyak kasus, ketika anggota dewan yang terhormat jatuh ke lorong paling kelam gara-gara perempuan? mungkin kalau mereka bukan orang partai, perempuan itu akan menjadi angin lalu belaka. Namun karena ada nuansa politik, jadilah perempuan sebagai kendaraan penghancuran.
Naif! sungguh naif..

Bukankah itu memilukan? Coba kita telaah, dari sekian banyak caleg perempuan, manakah yang benar-benar siap? Apakah kita siap? Siap meninggalkan keluarga untuk memikirkan kepentingan rakyat? Atau kita hanya akan menjadi pemanis gedung dewan?
Perempuan berpolitik...sebuah kalimat yang dalam sekali maknanya. dan hingga kini saya masih mencari...

Memang tidak salah untuk terjun ke kancah politik..pertanyaannya, siapkah??????

who knows? Hanya kita jualah yang bisa menjawab.***

Jumat, 13 Maret 2009

Bumi Gerah

by ien bunda elang

Sekarang ini hampir di semua tempat merasakan kondisi panas dan gerah. Bukan karena bumi terbakar atau karena bumi dekat dengan kompor..yang terbakar panasnya tak hanya badan tetapi pikiran dan perasaan..

Selain perubahan cuaca yang lumayan ekstrim, kondisi politik kita pun sedang tidak kondusif..semua tengah berpacu menyambut pesta demokrasi April mendatang. Ayo ke TPS...
Heheheee....Kondisi panas yang terjadi lebih karena perbedaan suhu yang cukup mencolok. Kadang siang begitu panas, eh..tiba-tiba malam hujan.

Kalau itu terjadi di daratan, mungkin dampaknya tidak begitu terasa. Paling-paling hanya gerah, copot baju kemudian beres. Pernahkan terbayangkan hal itu terjadi di tengah lautan sana? saya sempat tidak bisa tidur ketika anak-anak saya ada di tengah lautan, dan perubahan suhu terjadi.
Perubahan suhu yang ekstrim akan membentuk sebuah bidang front. Yang akhirnya akan membuat badai di perairan.

Dampaknya, saudara-saudara nelayan saya banyak yang menghindar dan berlindung ke pulau-pulau terdekat. Bahkan saya sempat mengirimkan puluhan sms ke anak-anak saya untuk berhati-hati. Ombak di tengah laut mencapai 4 meter. Wow....dashyat....dan itu berbahaya untuk semua jenis pelayaran..

Kalau gerah di daratan, lebih karena gesek-gesekan ide untuk merebut simpati konstituen. Makanya ide pun menjadi berkeringat dan semua masyarakat jadi panas...Tuhan..tolonglah mereka...

Saat ini, semua bibir menyunggingkan senyum, coba nanti, bagaimana kalau sudah jadi? Itu pemikiran tetangga saya. Waduh..bagaimana dong?

Saya tersenyum, saya terdiam. Saya tetap akan ke TPS untuk memilih calon yang saya mau, dan saya harapkan bisa menjadi pembela rakyat sejati, tidak mengenal korupsi, tidak mencari "balen" atau pun hanya duduk, diam, dan tanda tangan untuk dapat uang sidang. huhuhuhuhu....saya tergugu. menangis.

Menangis untuk cuaca buruk dan menangis untuk politik yang buruk...*****